DUO ANTON TOKOH MUDA MINANG BERTEMU DI ACARA DEKLARASI GERAKAN NASIONAL ANTI ISLAMOPHOBIA ( GNAI)

ESSAPERS.COM | JAKARTA ~ Bertempat di Aula Buya Hamka ,Masjid Al Azhar  Sejumlah tokoh nasional lintas ormas Islam dan ratusan jamaah mendeklarasikan Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI). Gerakan ini untuk melawan isu Islamophobia di dunia yang oleh media barat di gambarkan sebagai kaum teroris dan radikalis.(15/07/2022)

Dalam deklarasi tersebut Allah mempertemukan Duo Sekawan Asli Minangkabau yaitu Anton Pratama dan Anton Permana dan berbincang seputar Pergerakan Islam di Ranah Minang dan Indonesia.

Deklarasi GNAI yang digelar di Aula Buya Hamka Masjid Al Azhar Jakarta ini dihadiri sejumlah tokoh Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Wakil Ketua Partai Ummat Buni Yani, Ketua Umum Partai Masyumi Reborn Ahmad Yani, Habib Mukhsin, Mustofa Nara, Refly Harun, Alfian Tandjung, Habib Umar Husain dan sejumlah tokoh dan aktivis lainnya. Termasuk mantan anggota DPR RI Hatta Taliwang, mantan anggota DPR Ariadi Ahmad, Rizal Fadilah, Ketum Komunitas Sahabat Tni Polri Anton Pratama ,Anton Permana , aktivis era 98 Andrianto,Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Wahab Hasbullah yakni Gus Aam, Ahmad Dhani Prasetyo, Habib Mukhsin, Ustadz Umar Husein.

Selain itu, sejumlah tokoh juga memberikan testimoni lewat video yang di tayangkan di lokasi acara antara lain Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ketua Umum PP Syarikat Islam Hamdan Zoelva,Ustad Alfian Tanjung.

Deklarasi dan pernyataan sikap Gerakan Nasional Anti Islamphobia (GNAI) di bacakan oleh Presidium GNAI Ferry Juliantono. Ferry mengatakan, pasca era perang dingin, dunia Barat mengalihkan sumber ancaman dan bahaya dari komunisme ke Islam yang termanifestasi dalam bentuk radikalisme, fundamentalisme dan terorisme, yang mengakibatkan munculnya stigma terhadap ajaran Islam sebagai ajaran yang berbahaya dan menakutkan atau dikenal sebagai Islamofobia.

Sejarah menunjukkan stigma itu akhirnya menimbulkan kebencian kepada Islam sangat dalam di berbagai belahan dunia. Perbedaan teologis yang diperburuk oleh perbedaan politik, ekonomi, dan budaya seringkali menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antar negara. Namun setelah puluhan tahun berlangsung tanpa bukti-bukti ilmiah, akhirnya muncul kesadaran baru bahwa sumber ancaman dunia berasal dari ajaran Islam tidaklah benar, tidak produktif, bahkan deskruktif bagi pergaulan internasional.

“Kesadaran baru itu kini telah termanifestasikan dalam bentuk pencanangan Hari Anti Islamophobia se-Dunia pada 15 Maret 2022 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diikuti oleh berbagai negara khususnya negara-negara Barat. Walaupun kesadaran baru di kalangan para pemimpin itu sudah terbentuk, namun ini tidak serta merta terjadi di dalam masyarakat sehingga diperlukan kebijakan afirmatif agar bisa diikuti oleh seluruh bangsa di dunia”, ujar Ferry.

Gerakan Nasional Anti Islamofobia juga akan dilanjutkan di berbagai daerah di Indonesia.(Ap/W).

 4,939 total views




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *