ESSAPERS.COM | PADANG ~ Sepuluh tahun yang lalu, ketika Presiden Jokowi terpilih terasa ada aroma kebangkitan bangsa. Ini ditandai seringnya diucapkan dalam pidato beliau tentang Revolusi Mental.
Namun dalam perjalanan, revolusi mental berujung pada kondisi sekarang. Dimana mental yang terbangun setidaknya dari indikator kedisiplinan, kecintaan kepada bangsa dan negara, korupsi dan keadilan sosial sepertinya tidak semakin tercapai. Namun bobot masalahnya semakin berat dan besar.
Menjelang pemilihan presiden kemaren pidato kemudian dilanjutkan oleh Prabowo, yang membangkitkan patriotik kebangsaan. Pidato itu yang sering kita dengar telah menhantarkan beliau resmi menjadi presiden.
Semula saya masih ragu jangan jangan semangat beliau sama dengan sebelumnya revolusi mental yang redup.
Namun waktulah dan usaha secara sungguhlah yang akan menentukan.
Sepertinya jika disimak pidato waktu presiden Prabowo dilantik, saya merasa ada sesuatu kebangkitan baru, semangat untuk mendahulukan kepentingan negara dan bangsa di atas segala galanya. Mendahulukan kepentingan rakyat lebih sering disampaikan oleh presiden kepada para mentri dan wakil Mentrinya.
Kali ini saya sepertinya setidaknya telah merasakan bahwa presiden kita memang telah melakukan upaya awal yang baik menyemangati rakyat Indonesia untuk bangun dari ketertiduran sebelumnya, bangun dari mental mental karatan yang kalau tidak dibersihkan akan menjadikan bangsa ini menjadi lapuk.
Beberapa concern beliau melahirkan patriotik kebangkitan bangsa adalah Pertama cintanya beliau terhadap pembukaan undang undang dasar 1945, masalah kemiskinan, masalah pangan, masalah mutu manusia, telah beliau sampaikan secara berulang sebagai kondisi yang mesti diperbaiki.
Kedua adalah beliau memandang bahwa korupsi adalah persoalan bangsa yang serius, dan beliau menyampaikan kepada mentri dan wakil mentri untuk menjauhkan diri dari tindakan korupsi.
Berikutnya yang menjadi momen penting adalah menyiapkan perubahan mental dengan mengajak para mentri dan wakil Mentri masuk pesantren Kilat di Magelang.
Ini ditandai dengan naiknya seluruh mentri pesawat Hercules, pesawat perang yang kita berdiri di atas, kalaupun duduk dibangku yang tidak nyaman, ini menandakan efisiensi, rasionalitas dan menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa.
Masuknya mentri ke pesantren kilat dalam barack ketentaraan akan memberikan dan menggugah rasa kebangsaan baru. Tidak baris berbaris di sana, namun menjemput komitmen baru kebangsaan.
Saya melihat jika saja norma norma dasar sudah ditempa ulang mulai dari kepala, maka tentu rakyat kemudian akan juga memulihkan kepercayaan bahwa tanpa patriotik kebangkitan bangsa negara kita tidak akan bangun. Setidaknya itu yang saya pahami di awal kepemimpinan beliau.
Mestinya patriotik tersebut menjalar ke pemerintahan daerah, menjalar ke dunia pendidikan, menjalar ke dunia bisnis dan hukum. Mirip
Dengan semangat kebangkitan Jerman sewaktu habis perang dunia pertama, kebangkitan Jepang sewaktu zaman Tokigawa Leyasu, kebangkitan China sewaktu masa transisi Dheng Shao Ping. Semoga kebangkitan Indonesia terwujud dengan perbaikan kelembagaan, manusia dan politik jaman now.
Oleh Elfindri UNAND
Komentar0